Jumat, 16 Januari 2009

Tafsir: Sifat-sifat orang bertakwa

Tafsir: Sifat-sifat orang bertakwa

“(Yaitu) mereka yang beriman kepada yang ghaib, yang mendirikan shalat, dan menafkah¬kan sebagian rizki yang Kami anugerahkan kepada mereka. Dan mereka yang beriman kepada Al-Quran yang telah diturunkan kepadamu dan kitab-kitab yang diturunkan sebelummu, serta mereka yakin akan adanya kehidupan akhirat. Mereka itulah yang tetap mendapat petunjuk Tuhannya dan merekalah orang-orang yang beruntung (Al-Baqarah 3-5).
Penafsiran kata-kata tertentu:
“Yu`minuun” Membenarkan (meyakini) secara pasti yang disertai dengan ketundukan dan ketaatan serta penyerahan jiwa.
“Al Ghoib” Yang tidak dapat diketahui dengan panca¬indera dan ilmu manusia. Yang dimak¬sud disini adalah yang ghaib yang diinformasi¬kan al-Quran dan Sunnah, seperti Zat Allah, Malaikat, dan hari Akhirat.
“Ash-Shalaah” Melaksanakan shalat berdasarkan ketentuan-ketentuannya sebagaimana telah ditetapkan oleh Allah dan sesuai dengan yang diajarkan oleh Rasulullah SAW.
“Ar-Rizqu”, menurut bahasa adalah pem¬berian, baik yang berbentuk materi atau bukan. Kemudian banyak dipakai untuk sesuatu yang bisa dimanfaatkan dan bersifat halal.
“Yunfiquun” Meliputi infak wajib maupun sunnah, baik untuk keluarga atau siapa saja yang mem¬butuhkan.
“Yuuqinuun” Beriman dengan keyakinan yang kokoh.
“Muflihuun” Beruntung di dunia dan di akhirat.
Setelah Allah SWT menyatakan pada ayat 2 surat Al-Baqarah, bahwa hanya orang bertakwalah objek hudan(petunjuk) Al-Qur`an, maka pada ayat 3-5, Allah menerangkan sifat-sifat orang bertakwa. Berikut ini adalah penjelasan sifat-sifat orang bertakwa pada firman Allah tersebut.
Iman kepada yang ghaib
Iman kepada yang ghaib adalah meyakini adanya hal-hal yang tidak bisa dijangkau oleh pancaindera manusia, tetapi telah diinforma¬sikan oleh al-Quran dan Sunnah. Inilah yang disebut dengan ghaib mutlaq yang menjadi objek iman, yang puncaknya adalah iman kepada Allah dengan segala sifatNya.
Iman kepada yang ghaib sangat dibutuh¬kan manusia untuk membebaskan diri mereka dari paham kebendaan –yang meyakini bahwa yang ada itu hanya yang dapat dilihat, didengar, atau dirasakan– sehingga bisa memahami dan meyakini adanya wujud yang tidak terjangkau oleh indera manusia, dan hanya diyakini lewat iman.
Orang yang beriman terhadap hal yang ghaib akan sangat mudah untuk meyakini adanya Allah, para Malaikat, Hari Akhirat, dan lain-lain.
Mendirikan (melaksanakan) Shalat
Shalat menurut bahasa adalah doa. Pengertian seperti ini antara lain terdapat dalam surat at-Taubah 103. Dengan pengertian ini, dapat dipahami bahwa dengan shalat seorang hamba memanjatkan doa kepada Allah dengan ucapan dan perbuatan.
Allah memakai ungkapan yuqimuun mengan¬¬¬dung arti bahwa yang dimaksud adalah melaksanakan shalat dengan meme¬nuhi segala ketentuannya, menyempur¬na¬kan thaharah, rukun-rukun, syarat-syarat, dan sunnah-sunnahnya serta dilengkapi dengan kekhusyukan. Selain itu, harus dikerjakan dengan sungguh-sungguh.
Shalat seperti ini akan berperan penting dalam pembentukan dan penyucian jiwa, serta akan dapat mendekatkan hamba kepada Allah, sehingga shalat itu akan membawa pengaruh positif bagi pelakunya, seperti firman Allah:
“Sesungguhnya shalat itu mencegah dari (perbuatan-perbuatan) keji dan munkar” (al-Ankabut 45).
Menginfakkan sebagian rezeki yang diberi oleh Allah
Ayat ini mengisyaratkan bahwa orang yang bertakwa dituntut untuk selalu berinfak. Untuk itu mereka akan selalu termotivasi untuk rajin berusaha dan bekerja sebaik mungkin agar memperoleh hasil yang banyak, melebihi kebu¬tuhan istri, anak, dan keluarga, sehingga bisa memikirkan dan sekaligus membantu orang-lain yang membutuhkan.
Sikap mau berinfak ini merupakan salah satu bukti dari kekuatan iman seorang hamba. Karena banyak sekali orang yang mampu dan biasa melakukan berbagai macam ibadah, seperti shalat dan puasa, tetapi bila dihadapkan kepada persoalan menginfakkan harta benda, mereka merasa berat dan menjauh. Yang bisa melakukan ini hanyalah hamba yang menyadari bahwa semua yang diperolehnya adalah rezeki dan nikmat Allah, kemudian fakir, miskin, dan lainnya itu adalah hamba Allah seperti mereka, yang perlu disayangi dan dicintai. Dengan demikian tiada yang mereka harapkan dari amal ini kecuali keridhaan Allah SWT.
Beriman kepada al-Quran dan kitab-kitab sebelumnya
Iman kepada al-Quran berbeda dengan iman kepada kitab-kitab sebelumnya. Iman kepada kitab-kitab sebelum al-Quran cukup dengan sekedar meyakini bahwa ia pernah diturunkan. Sedangkan beriman kepada al-Quran menuntut untuk menjalani hidup ini sesuai dengan aturan yang ditetapkannya, karena al-Quran itu adalah petunjuk dan panduan kehidupan yang merupakan sumber utama syariat Islam.
Orang yang benar-benar beriman kepada al-Quran, akan berusaha menghiasi hidup, amal dan akhlaknya dengan al-Quran. Mereka akan menjadikan al-Quran sebagai alat ukur dan cermin perbandingan, sehingga nyata bagi mereka apakah mereka telah berjalan sesuai dengan petunjuk al-Quran atau belum. Dengan ini mereka akan selalu berusaha memperbaiki diri.
Beriman dengan adanya kehidupan akhirat
Kehidupan akhirat adalah hari pembalasan terhadap semua amalan, mencakup yang dijelaskan oleh nash seperti perhitungan amal, shirath, surga, dan neraka.
Yakin adalah membenarkan secara mantap tanpa ada keraguan sedikit pun. Keyakinan terhadap akhirat ini bisa ada karena keyakinan ke¬pada al-Quran yang menyatakan bahwa kehidupan akhirat adalah sesuatu yang pasti.
Pengakhiran letak kata yuqinuun (subjek dan predikat) dari kata wabil akhirati (objek), menunjukkan betapa kuatnya keyakinan dan perhatian mereka terhadap kehidupan akhirat, sehingga mampu mewarnai seluruh aktifitas hidupnya, karena menyadari betul bahwa semuanya nanti akan diperhitungkan dan akan dibalasi. Dengan demikian, tingkat keyakinan seseorang terhadap Allah dan hari akhirat akan bisa diketahui melalui tingkah lakunya.
Di penghujung ayat Allah menegaskan bahwa mereka yang memiliki 5 sifat taqwa inilah yang akan mendapat petunjuk dan bimbingan Tuhannya dan mereka itulah orang yang beruntung.
Kata ulaa-ika diulang dua kali untuk menegaskan bahwa mereka akan memper¬oleh dua keuntungan, yaitu petunjuk dan keberuntungan.
Semoga kita termasuk orang yang selalu berjalan atas petunjuk dan bimbingan Allah, sehingga menjadi orang yang beruntung. Amiin

Tidak ada komentar:

Posting Komentar