Sabtu, 25 Juli 2009

“Muhammadiyah Itu Sumunar ing Kalbu”

“Muhammadiyah Itu Sumunar ing Kalbu” Sultan HB X

Yogyakarta – Sri Sultan Hamengkubuwono X, selaku Gubernur Daerah Istimewa Yogyakarta mengharapkan agar Muhammadiyah tetap bisa menjaga karakternya yang humanis, yang terasa utuh di hati, holistic di jiwa dan sumunar ing kalbu. Menurutnya, pada acara Launching Muktamar Muhammadiyah, Sabtu (18/07/2009) menyatakan “melalui hal itu, segenap warganya mampu menghayati rasa keterhubungan dan kebersatuan dengan sesama, lingkungannya dan terlebih dengan Maha Pencipta”.
Sultan juga sempat mengingatkan Muhammadiyah mengutip Hadis Nabi yang menyatakan bahwa suatu kaum akan merugi jika kondisi yang mereka alami saat ini sama dengan masa sebelumnya. “bangkrut jika lebih buruk dengan sebelumnya dan beruntung jika lebih baik dengan sebelumnya” terangnya.
Lebih lanjut Sultan menantang warga Muhammadiyah dengan serentetan pertanyaan yang diajukan. “Apakah kondisi Muhammadiyah 2009 ini lebih baik dibanding sebelumnya? Apakah juga siap untuk membuat kondisi di 2010 memasuki usia yang ke-100 akan lebih maju ? “ lanjutnya.
Sebelumnya Sultan menyatkan bahwa dalam melintasi fase baru abad berikutnya, Muhammadiyah diharapkan tetap hadir mengembann visi menyebarluaskan dakwah, hikmah dalam mewujudkan peradaban Islam yang otentik, dengan menghadirkan risalah Islam yang rahmatan lil alamin. (arif)

http://www.muhammadiyah.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1553&Itemid=2

Minggu, 12 Juli 2009

Kaderisasi Muhammadiyah Sulsel Tersendat

Kaderisasi Muhammadiyah Sulsel Tersendat
Jul 12 2009

Pinrang- Proses kaderisasi Muhammadiyah di Sulawesi selatan sangat lambat karena para Angkatan Tua Muhammadiyah (ATM) belum siap untuk diganti, demkian ungkap Sekretaris Majelis Pemberdayaan Masyarakat (MPM) Pimpinan Wilayah Muhammadiyah Sulsel, Husni yunus dalam materi Hambatan transformasi kader Muhammadiyah menjadi kader persyarikatan,Umat,dan Bangsa pada pelatihan kader Taruna melati III se Indonesia Timur di Kecamatan Suppa Kabupaten Pinrang, ahad ( 12/07/2009)
Lambatnya proses kaderasisi ini, menurut Husni juga didukung dengan banyaknya pengurus Muhammadiyah yang terjebak pada wilayah politik praktis, hal ini sangat terlihat pada proses pemilihan Legislatif dan pemilihan Presiden dengan banyaknya pengurus yang menjadi bagian dari pemenangan partai atau orang yang duduk di Legislatif maupun Presiden.

Untuk itu, menurut Husni dalam Muktamar Muhammadiyah tahun 2010 di Yogyakarta dan Musywil di Makassar nanti, sudah saatnya pengurus Muhammadiyah yang terlibat dalam menggiring wargannya pada politik praktis tahu diri dan memberikan kesempatan pada kader -kader muda Muhammadiyah untuk melanjutkan estafet kepemimpinan mendatang.
Lebih lanjut menurut Husni, saat ini Muhammadiyah Sulsel, dan mungkin juga Nasional, mengalami kondisi yang sangat memprihatinkan, “Pendidikan menurun, banyak pengurus amal usaha dan persyarikatan merangkap jabatan, sehingga berdampak pada proses transformasi kader, sehingga hampir semua amal usaha tidak di kelola secara profesional tapi hanya kepentingan oknum saja, merebut kekayaan untuk kepentingan pribadi,” jelas Husni. Persoalan rangkap jabatan antara amal usaha Muhammadiyah dengan jabatan lainnya, menurut Dosen Universitas Muhammadiyah Makassar ini, justru merugikan Muhammadiyah, karena hal tersebut merupakan gerakan yang memutuskan kaderisasi, hal tersebut merupakan bahaya laten di Muhammadiyah. (mac)

http://www.muhammadiyah.or.id/index.php?option=com_content&task=view&id=1535&Itemid=2