Kamis, 25 Juni 2009

Pengalaman Berjuang dan Beramal di Muhammadiyah 4

Ketika saya menjadi Ketua Majelis Dikdasmen PCM memang pernah memberi mandat kepada pemuda secara lisan untuk melakukan rekrutmen calon guru SMK Muhammadiyah di lingkungan cabang, dan hal ini telah dilaksanakan oleh pemuda. Tetapi rekrutmen disebar ke luar PCM, yang sebenarnya terlalu melampaui mandat yang diberikan dan saya juga tidak ada masalah asal nantinya dikerjakan dengan baik. Ketika lamaran yang masuk sudah mencapai 40 lebih surat lamaran dan akhir batas waktu terakhir, yang selanjutnya harus dilakukan rekapitulasi dan pelaksanaan tes sepertinya ada keganjilan awal dari sini, yang mestinya rekapitulasi dilakukan dengan transparan dan terbuka serta cepat dan tepat.

Selanjutnya dilakukan pemanggilan dan tes serta penyusunan rekomendasi oleh pemuda ke Ketua Majelis Dikdasmen PCM, ketika rekomendasi diajukan ke Ketua Majelis Dikdasmen PCM ternyata disertai tuntutan agar semua yang direkomendasikan diterima 100%, walaupun pengajuan rekomendasi tidak disertakan dokumen asli surat-surat lamaran yang masuk.

Dari sinilah timbul perbedaan pendapat antara Ketua Majelis Dikdasmen PCM dengan Pemuda, karena rekomendai yang diajukan mestinya tidak disertai tuntutan untuk diterima 100%, sampai terjadi perdebatan panjang tentang itu.

Waktu terus bergerak maju dan siswa baru telah mulai mendaftar, maka dilakukan rapat persiapan tahun ajaran baru dengan mengundang calon guru dan karyawan yang akan mulai bekerja seminggu lagi. Dari rapat yang digelar ternyata dari pemuda yang masuk dalam struktur sekolah datang terlambat, yang ketika itu langsung saya usir keluar karena keterlambatannya hadir dalam rapat yang penting ini. Sikap yang selalu datang terlambat ketika diundang rapat inilah yang benar-benar membuat semakin ragu saya atas kinerja para pemuda ini kedepan, yang akhirnya salah satu wakil pemuda ini sebelum keluar ruang rapat berbicara mundur dari kegiatan disekolah ini dan telah menyiapkan surat resmi untuk mundur dan diberikan ke saya.

Seperti inilah awal konflik sekolah dengan pemuda yang merasa telah berjuang dan merasa sudah hebat di Muhammadiyah, padahal belum ada pekerjaan yang mampu dikerjakan untuk Muhammadiyah. Ketika mau memulai berjuang malah menyatakan mundur, betapa sedih dan kecewanya bila ternyata kader yang diharapkan mampu menjadi penerus perjuangan ini masih bersikap seperti itu, kurang berani menghadapi perjuangan berat kedepan, terlalu berfikir sempit memandang perjuangan di Muhammadiyah.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar