Jumat, 26 Juni 2009

QUO VADIS KADER MUHAMMADIYAH

QUO VADIS KADER MUHAMMADIYAH

 Ketika Muhammadiyah tengah berada di pusaran dinamika zaman yg begitu banyak tantangan, terbersitlah harapan kpd para kadernya diberbagai lini kehidupan.
 Quo vadis (apa kabar) kader Muhammadiyah ?
 Apa yg telah dan dpt disumbangkan oleh para kadernya utk membesarkan Muhammadiyah dan membawa organisasi Islam yg besar ini kearah yg lebih maju ?
Baik kader yg berada di dlm maupun di luar struktur organisasi, semuanya sebenarnya diikat oleh posisi dasar yg sama yakni sebagai anggota inti Muhammadiyah yg hadir dan dilahirkan utk mengemban misi gerakan
 Apakah kader intelektual dari kampus, politisi di berbagai partai politik, pengusaha dan kaum wirausahawan, seniman atau budayawan, para guru, kaum profesional, dan lain semuanya anak panah gerakan.
 Sudah saatnya menghimpunkan potensi dan kekuatannya sebagai kader Muhammadiyah.
 Kader memang merupakan anak panah organisasi. Apa yg tdk dpt dilakukan oleh anggota biasa maka dpt dilakukan oleh kader.
 Karena itu, kader yg sejati semestinya memiliki keunggulan atau kelebihan yg tdk dimiliki oleh anggota pd umumnya.
 Sebutlah keunggulan dlm spirit, motivasi, komitmen, integritas, kapabilitas, penghidmatan, pemikiran, karya dan aktualisasi peran dimanapun dan kapanpun.
 Kualitas dan kiprah kader harus diatas rata-rata anggota. Kader selalu siap mengemban misi organisasi dimana dan kapanpun dia berada.
 Baik diminta maupun tdk diminta, apakah dalam posisi memiliki jabatan maupun tidak, semestinya setiap kader akan selalu terpanggil utk mengemban misi Muhammadiyah.
 Kader tdk boleh merengek manakala menghadapi tantangan, tetapi juga jangan angkuh diri jika memiliki keunggulan posisi dan peran diluar.
 Manakala berperanpun, kader semestinya tdk hitung-hitungan amal. Jika berbuat apa imbalannya ? Lebih-lebih jika merasa sdh berkecukupan.
 Jangan sampai ketika berbuat dan Muhammadiyah tdk memberikan imbalan kemudian lari dari Muhammadiyah.
 Atau manakala berbuat tetapi disertai dg sikap merendahkan Muhammadiyah, seraya berkata dg angkuh “ternyata Muhammadiyah memerlukan saya”.
 Jangan sampai kader memiliki pandangan negatif dg menyatakan,”Muhammadiyah hanya ingin hasilnya tetapi tdk mau bersusah payah”, yg mengandung isyarat merendahkan organisasi dan memandang diri begitu berjasa.
 Muhammadiyah tdk akan memaksa kadernya utk membesarkannya.
 Semuanya tergantung pd keikhlasan dan panggilan nurani setiap kader.
Kader memang harus dihargai martabat dan kiprahnya, tetapi jangan sampai Muhammadiyah diremehkan dan seolah harus merengek pada kadernya
 Muhammadiyah secara kelembagaan memang juga harus berikhtiar terus menerus menghimpun dan memanfaatkan potensi kadernya dari berbagai lini kehidupan yg penting itu.
Tapi juga para kadernya dituntut proaktif dan memiliki komitmen utk berkiprah dlm memperjuangkan misi Muhammadiyah
 Muhammadiyah justru harus dibesarkan oleh para kader, anggota dan para elite pimpinannya dg sepenuh pengkhidmatan.
 Para kader bahkan harus menjadi teladan bagaimana menghormati prinsip, kepribadian, kebijakan dan tatanan yg selama ini menjadi fondasi dan bingkai gerakan.
 Bukan malah mendelegitimasi dan memperlemah kelembagaan Muhammadiyah yg penting dan mendasar seperti itu.
 Kader, tak perlu merasa lebih besar dari Persyarikatan, justru bagaimana menjadikan Muhammadiyah menjadi makin besar sebagai gerakan Islam.
(HNs)
Tajuk Rencana
SM NO. 24 TH.KE-92// 16-31 DESEMBER 2007 M

Pengalaman Berjuang dan Beramal di Muhammadiyah 5

Selain hal diatas masih juga panjang rentetan tantangan yang harus dihadapi dalam berjuang dan beramal di Muhammadiyah setelah peristiwa mundurnya para pemuda dari perjuangan di SMKM Jember ini, antara lain karena saya masih merangkap antara sebagai Ketua Majelis Dikdasmen PCM dengan Kepala Sekolah dituntut harus memilih salah satu atau mundur dari salah satu. Dalam hati saya ini apalagi kok hal-hal yang begitu yang dipikirkan bukan malah berfikir dan membantu sekolah yang baru didirikan ini untuk segera bangkit, bahkan ada Pimpinan Muhammadiyah Cabang yang tidak yakin sekolah ini bisa berdiri tahun ini (2007), bahkan juga saya harus mundur dari Kepala Sekolah dan SK dari Wilayah akan dianulir, serta ada warga Muhammadiyah yang mengatakan tidak mungkin dapat murid, serta macam-macam permasalahan dilontarkan yang saya sulit memahami apa yang menjadi dasar pemikirannnya.

Mau berjuang di Muhammadiyah ternyata harud didasari hati yang benar-benar harus Ikhlas dan dengan kesabaran yang sangat tinggi serta hanya berharap ridlo Allah Swt dan harus terus berharap bantuan Allah Swt, karena gangguan yang paling keras menerpa ternyata adalah gangguan dari dalam diri orang-orang / warga Muhammadiyah sendiri. Masih sering amal usaha Muhammadiyah campur aduk dengan pikiran-pikiran politik sesaat, tidak berusaha untuk saling ber fastabikhulkhairat, saling bagi tugas dan mengerjakan tugas masing-masing dengan fokus dan serius.
Teralalu banyak yang merasa paling Muhammadiyah, paling berjasa di Muhammadiyah, paling tahu Muhammadiyah, walaupun belum pernah melakukan perbuatan riel di Muhammadiyah. Kalau ditanya apa yang sudah diberikan ke Muhammadiyah ? tidak pernah bisa menjawab yang kongkrit, hanya angan-angan yang ada dan hanya bagaimana menyorot orang lain. Padahal seharusnya menjadi orang Muhammadiyah harus pandai menyorot dirinya sendiri.

Kamis, 25 Juni 2009

Pengalaman Berjuang dan Beramal di Muhammadiyah 4

Ketika saya menjadi Ketua Majelis Dikdasmen PCM memang pernah memberi mandat kepada pemuda secara lisan untuk melakukan rekrutmen calon guru SMK Muhammadiyah di lingkungan cabang, dan hal ini telah dilaksanakan oleh pemuda. Tetapi rekrutmen disebar ke luar PCM, yang sebenarnya terlalu melampaui mandat yang diberikan dan saya juga tidak ada masalah asal nantinya dikerjakan dengan baik. Ketika lamaran yang masuk sudah mencapai 40 lebih surat lamaran dan akhir batas waktu terakhir, yang selanjutnya harus dilakukan rekapitulasi dan pelaksanaan tes sepertinya ada keganjilan awal dari sini, yang mestinya rekapitulasi dilakukan dengan transparan dan terbuka serta cepat dan tepat.

Selanjutnya dilakukan pemanggilan dan tes serta penyusunan rekomendasi oleh pemuda ke Ketua Majelis Dikdasmen PCM, ketika rekomendasi diajukan ke Ketua Majelis Dikdasmen PCM ternyata disertai tuntutan agar semua yang direkomendasikan diterima 100%, walaupun pengajuan rekomendasi tidak disertakan dokumen asli surat-surat lamaran yang masuk.

Dari sinilah timbul perbedaan pendapat antara Ketua Majelis Dikdasmen PCM dengan Pemuda, karena rekomendai yang diajukan mestinya tidak disertai tuntutan untuk diterima 100%, sampai terjadi perdebatan panjang tentang itu.

Waktu terus bergerak maju dan siswa baru telah mulai mendaftar, maka dilakukan rapat persiapan tahun ajaran baru dengan mengundang calon guru dan karyawan yang akan mulai bekerja seminggu lagi. Dari rapat yang digelar ternyata dari pemuda yang masuk dalam struktur sekolah datang terlambat, yang ketika itu langsung saya usir keluar karena keterlambatannya hadir dalam rapat yang penting ini. Sikap yang selalu datang terlambat ketika diundang rapat inilah yang benar-benar membuat semakin ragu saya atas kinerja para pemuda ini kedepan, yang akhirnya salah satu wakil pemuda ini sebelum keluar ruang rapat berbicara mundur dari kegiatan disekolah ini dan telah menyiapkan surat resmi untuk mundur dan diberikan ke saya.

Seperti inilah awal konflik sekolah dengan pemuda yang merasa telah berjuang dan merasa sudah hebat di Muhammadiyah, padahal belum ada pekerjaan yang mampu dikerjakan untuk Muhammadiyah. Ketika mau memulai berjuang malah menyatakan mundur, betapa sedih dan kecewanya bila ternyata kader yang diharapkan mampu menjadi penerus perjuangan ini masih bersikap seperti itu, kurang berani menghadapi perjuangan berat kedepan, terlalu berfikir sempit memandang perjuangan di Muhammadiyah.

Selasa, 23 Juni 2009

Pengalaman Berjuang dan beramal di Muhammadiyah 3

Ketika cabang memutuskan sekolah ini berdiri, maka dibentuklah tiga komponen yaitu pemilihan kepala sekolah, komite sekolah dan panitia pembelian tanah. Kebetulan saya terpilih sebagai kepala sekolah dengan suara terbanyak. Dengan dasar itulah maka saya bekerja keras untuk mewujudkan sekolah ini, tanpa berfikir dari mana dananya. Tetapi dengan tkad, niat yang ikhlas berharap ridlo Allah Swt, InsyaAllah akan terwujut.

Mengawali tugas itu maka saya menyusun personal dengan memasukkan 4 orang pemuda dalam struktur sekolah ini yaitu wk. humas, wk. kesiswaan, wk. sarana dan kepala tata usaha (KTU), dengan harapan estafet kepemimpinan dan regenerasi akan lebih mudah dan lebih cepat. Kemudian dimulailah rapat-rapat staf setiap minggu sekali, dengan harapan lebih siap dalam menghadapi tugas-tugas kedepan dan sambil mengetahui pemikiran dan pola kebiasaan dan pola kerja masing-masing. Dari rapat kerapat saya menekankan pada disiplin waktu, tapi apa dikata karena masing-masing sudah membawa kebiasaan masing-masing maka ada yang bisa tepat waktu tapi juga ada yang tidak bisa. Dari sinilah saya tahu bahwa kinerja yang seperti ini sudah amat berat bila ingin mengerjakan pekerjaan yang besar ini dan ketika saya meminta masing-masing membuat program kerja, ternyata kami peroleh kenihilan (dalam artian mereka kosong dengan kegiatan yang ada di SMK) tetapi entah apa dasarnya mereka itu tidak mau bertanya atas ketidak tahuannnya itu.

Hari demi hari dilalui sehingga sampailah saat yang ditunggu-tunggu yaitu penerimaan siswa baru. Tetapi mengawali tugas berat kedepan terjadi sesuatu yang tidak pernah terduga, yaitu ke empat pemuda yang sudah masuk dalam struktur diatas mundur. Menurut dugaan saya berawal dari mandat yang diberikan Majelis Dikdasmen Cabang kepada pemuda untuk merekrut guru, yang tidak direspon 100%.